Karina
Karina.
Perkenalkan namaku Karina. Panggil saja aku Karin. Aku
seorang siswi SMA negeri terkemuka di
daerah ku. Aku sama seperti remaja lainnya yang sedang naksir-naksirnya dengan
lawan jenis. Adam adalah pria yang aku suka. Tidak mau munafik, aku suka dia
dari fisik. Rambutnya yang ikal membuatku terpikat serta badanya yang atletis
dan wajahnya yang tergolong tampan. Selain itu dia juga ketua OSIS disekolahku
dan juga satu kelas denganku. Melihatnya saja aku sudah senang, apalagi jika
dia menegurku dengan senyumnya yang menawan itu. Tapi sayang aku dan dia tidak
pernah bertegur sapa walaupun kita satu kelas…Pernah suatu hari aku berinisiatif bagaimana agar aku
berfikiran untuk mendapatkan nomer handphone-nya.
Tapi bagaimana caranya? Lalu ku panggil seorang teman laki-laki ku yang dekat
dengannya untuk meminta nomer handphone-nya
Adam. Siangnya dia berhasil mendapatkan nomer telfonnya. Rasanya senang
sekaliii… urusan berani atau tidaknya aku tidak memikirkannya dulu sekarang.
Sang fajar telah tenggelam, lalu muncul dibenakku untuk mencoba meng-sms Adam.
Ku tuliskan sebuah pesan tidak penting untuknya.“ini nomernya Adam ya?” tulisku… aku menunggu
balasannya yang lumayan lama. Hingga pukul setengah sembilan malam ada pesan
singkat di handphone ku. Aku buka pesan
singkat itu ternyata dari orang yang kutunggu-tunggu balasannya sejak 2 jam
yang yang lalu, yap! Dari Adam pesan itu kudapatkan. Ahh senangnya pesanku
dibalas olehnya. Walaupun balasannya “iya, ini nomer siapa ya?” tak jadi
masalah besar buatku. Esoknya aku dan Adam belum juga bertegur sapa meski aku
telah memberitahunya siapakah aku. Aku hanya bisa tertawa kecil saat melihat
tingkahnya yang konyol namun menggemaskan sekali dimataku. Saat berpapasan muka
di kantin aku hanya tersenyum kecil menahan rasa senangku yang ingin membeludak
seperti kembang api saat dia juga senyum saat melihatku. Ingin aku berteriak
sekencang mungkin agar dunia tahu aku senang saat dia tersenyum manis seperti
itu. Malamnya Adam meng-sms-ku duluan. Senyum-senyum tidak jelas saat ku baca
pesannya yang jenaka. Aku berpikir dalam hati, ahh sampai kapan aku dan dia
hanya bisa mengobrol se-asik ini hanya lewat pesan singkat? Sampai kapan?? Kami
saling bertukar nama facebook dan twitter. Ternyata aku adalah teman satu kelas
pertama yang ia followback. Bertambah lagi kesenanganku. Paginya entah ada
angin apa Adam mengucapkan selamat pagi padaku lewat pesan singkat itu. Rasanya
ada semangat lebih untuk menjalani hari ini. Dengan antusias aku balas “selamat
pagiii jugaaa J” dia mengingatkanku untuk sholat subuh dan mandi
serta bersiap-siap berangkat kesekolah. Dia juga menawarkan diri untuk
menjemputku dirumah. Langsung ku jawab saja mau dengan malu-malu. Karna tahu
dia akan menjemputku dirumah aku mandi ekstra cepat dan kubuat roti isi selai
coklat untuknya sarapan dan secangkir coklat
panas untuknya. Setelah selesai aku siapkan sarapan untuknya dia dating
menjemputku tepat di depan rumahku dengan motor bebek maticnya. Aku keluar dan
langsung memberikan roti isi coklat dan coklat panas untuknya. Walaupun aku
sebenarnya tidak tahu apakah dia akan suka dengan sarapan yang aku buatkan.
Ternyata dia suka, barulah setelah Adam menghabiskan sarapannya kita berangkat.
Karna masih cukup pagi jadi kami tidak terburu-buru menuju sekolah.
Sesampainya kami disekolah Fiona salah seorang gadis
cantik disekolahku melihat kami dengan tatapan iri karna yang aku tahu dari
Lyla sahabatku, Fio naksir juga
dengan Adam. Ingin aku tertawa dan tersenyum bahagia didepannya karna baru
hanya aku gadis yang dijemput oleh Adam untuk pertama kalinya. Hahahahaha puas
sekali rasanya melihat muka fio yang berubah kesal seperti itu. Ya aku tahu
kesannya memang aku terlihat sangat egois tetapi apakah aku salah? Toh semua
orang mempunyai rasa egois yang kadarnya berbeda. Saat turun dari motornya Adam
membawakan tasku yang satunya. Baik sekali Adam ini. Apakah ini suatu pertanda
dia juga suka padaku?Pernahku disuatu malam berbicara pada bulan, andaikan
dia bisa ngomong pastilah dia memberitahuku apakah Adam juga suka denganku.
Sudah hamper 2 bulan kedekatan kami berlangsung dan semakin hari Fio terlihat
semakin panas saja. Aku bisa memaklumi itu. Sekarang teman-teman sekelasku
mengira kami sudah jadian. Hahaha hal yang wajar melihat kedekata kami berdua.
Bahkan sahabatku dari SMP saja sempat cemburu karna aku hampir tak ada waktu
buat temanku itu. Yang ada hanya Adam, Adam, dan Adam. Aku tidak tahu apakah
itu yang disebut dengan cinta atau hanya sekedar suka biasa saja. Hingga pada
akhirnya dibulan ke-3 kami dekat Adam menyatakan perasaannya kepadaku di sebuah
restaurant cepat saji dibilangan P. tendean bersama Lyla, Angga, dan juga Adam.
Angga adalah seorang teman dekat atau sahabat Adam dan juga kekasih sahabatku,
Lyla. Aku tersontak kaget saat mengetahui Adam ternyata juga mempunyai perasaan
yang sama kepadaku. Rasa tak percaya yang ada saat ini. Aku menatap sahabatku
ingin berkata “apakah ini semua mimpi lyl? Jika iya tolong jangan bangunkan
aku.” Tapi sayang, mulutku terlalu kaku saat ini.“….bagaimana?” Tanya dia padaku dengan tatapan mata
yang amat dalam hingga ke relung sukmaku. “emmm… bagaimana ya… aku bingung.”
Jawabku. Walau aku tahu apa jawabanku tapi aku harus agak jual mahal sedikit
dong yahh…“aku akan mencoba jadi yang seperti kamu minta kok..”
lugasnya. Dengan tatapannya yang amat sangat menusuk hati, tatapannya tajam
namun membuat semua wanita termasuk aku terpesona. “baiklah.. aku mau..”
jawabku singkat karna tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan padanya. Dia
memegang hangat tanganku sambil tersenyum tanpa berkata apapun. Oh Tuhan apakah
ini semua hanya mimpi? Jika benar jangan bangunkan aku dari mimpi yang tak
pernah aku rencanakan sebelumnya Tuhan. Ternyata semua ini nyata. Sungguh tak
bisa aku ungkapkan rasa senangku yang teramat senang. Kami ber-empat pulang
sampai rumah sesudah maghrib. Saat mengantarku pulang Adam mengecup keningku
sebagai tanda perpisahan. Aku lambaikan tangan lalu masuk ke rumah. Saat aku
menutup gerbang rumahku entah kenapa ada perasaan khawatirku yang berlebihan
pada Adam. Ah mungkin itu hanya perasaanku yang aneh saja.Seperti pagi-pagi sebelumnya, Adam menjemputku di
depan rumah. Tapi pagi ini beda. Adam tampak lebih ceria mungkin karna sekarang
aku pacarnya atau aku yang terlalu percaya diri yang berlebih hingga mendapat kesimpulan seperti itu?
Hahaha! Ya, mungkin begitu. Entah darimana bisa berita Adam dan aku sekarang
sudah resmi pacaran itu menyebar apakah mungkin dari Lyla dan Angga?!. Tapi
kutanya pada mereka berdua, mereka bilang tidak. Ya tak apa juga sih aku ingin
melihat ekspresi wajah Fio saat mengetahui berita ini. Apakah dia akan
mengurung diri dan menangis seharian dikamar mandi sekolah? Rasanya tak
mungkin, wanita seperti Fiona menangis hanya karena seorang pria. Aku sudah
kenal dia sejak kecil. Aku dan Fio sudah berkawan lama sejak TK karna ayahnya
dan ayahku adalah rekan bisnis yang solid sekali.Tapi sayang Fiona Maharani sangat terobsesi pada
kekayaan ayahnya. Dia selalu meremehkan bisnis ayahku. Aku hanya bisa diam saja
dan membiarkannya begitu karna aku tahu tu juga karna faktor orangtuanya yang
bercerai dan dia menjadi anak broken home. Ayahku selalu mengajarkan aku
untuk mengalah padanya karna pada faktanya bisnis ayahku lah yang menolong
bisnis keluarga Fiona. Fiona sebenarnya kesepian, tapi dia mencoba menutupinya
dengan berpura-pura tegar dengan apa yang terjadi terhadap keluarganya. Fiona
Maharani Wijaya yang mempunyai paras cantik sering didekati oleh pria-pria
keren dan tampan namun sayang, Fio gampang sekali bosan untuk laki-laki.Karna rumahnya dan rumahku berdekatan sering aku
mendengar ayah Fio marah padanya karna Fio selalu membuat masalah disekolah.
Saat-saat seperti itulah Fio sering pergi kerumah ibunya. Supir ayahku sering
dimintai tolong oleh ayah untuk mengantar Fio kemana dia ingin pergi dan selalu
berlabuh dirumah sang ibu. Ibunya yang sudah menikah lagi sempat membuat Fio
kecewa. Fio sempat ingin membuat ayah dan ibunya itu rujuk kembali. Tetapi
gagal, ia mampu melewati masa sulit seperti itu dan menerima ayah tirinya
sebagai ayah. Tetapi hanya pura-pura hanya agar dia tidak ingin melihat ibunya
kecewa. Fio sangat sayang kepada ibunya, maka dari itu Fio tidak mau melihat
ibunya terus disakiti oleh ayahnya. Sebenarnya tragis juga kisah Fio yang
berlagak tegar padahal dia gadis rapuh yang butuh sahabat sejati dalam
hidupnya. Untungnya Fio mempunyai teman yang cukup sabar seperti Mella. Mella
yang sudah tahu semua sifat buruk Fio pun memakluminya.Saat istirahat dikantin Adam dating menghampiriku, dia
meminta ijin untuk pergi bersama Fio menonton sebuah teater dibilangan Ismail
Marzuki. Adam memang orang yang cinta sekali akan seni jadi wajar bila Adam
tertarik dengan ajakkan Fiona itu. Akupun ragu untuk memberikan sebuah ijin
padanya. “boleh tidak? Aku harus ijin dulu sama kamu, akukan pacar kamu. Kalau
misalnya kamu tidak mengijinkan pun tak jadi masalah buatku.” Ujar Adam. Aku
tak tega melihat Adam tak jadi menonton teater itu hanya karna aku cemburu pada
Fio. Karna rasa percayaku pada Adam, kuijinkan dia untuk pergi dengan Fio.Mungkin karena sedang asyik menonton teater Adam tak
sempat mengabariku. Aku menunggu kabar darinya sekian jam hingga aku menyadari
bahwa hari sudah pagi dan aku beranjak tidur. Adam juga tak menjemputku pada
paginya. “mungkin dia kecapekan makanya tak sempat menjemputku.” Pikirku. Aku
tak mau berpikir negative sebelum aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
pada pujaan hatiku hingga dia tak memberiku kabar sama sekali. Dikelas aku
menanyakan pertunjukan yang ia tonton semalam. Dia tampak antusias sekali
memberitahuku jalan ceritanya. Walau aku tak mengerti teater demi kekasihku,
Adam aku mencoba mempelajarinya. Sepertinya Adam senang sekali dapat pergi
bersama Fio.Sebenarnya aku sedikit terluka melihat Adam yang
mualai akrab dengan Fio tapi sudahlah biarkan rasa percayaku ini
membuktikannya. Ketika malam datang Adam meneleponku, aku yang sedang
mengerjakan PR langsung tersentak dan mengangkat telfon darinya. Kuucapkan
salam dan menanyakan ada apa ia menelefonku. Dia berkata “kamu marah ya? Maaf
ya…” suaranya yang lembut membuat kesalku padanya seketika hilang begitu saja.
“iya tadinya sebelum kamu menelefonku.”kataku. “kamu kan gadis pujaanku selama
hampir 4bulan ini aku gamau kamu marah sama aku. Maaf ya, aku kemarin lupa
mengabari kamu…” kata Adam. Aku yang tidak mempersalahkannya itu segera
memaafkan Adam. Karna memanf manusia itu tempatnya lupa dan tempatnya salah
kan?! Jadi aku tidak terlalu mebesarkan masalah itu. Karna penyesalannya
semalam Adam menjemputku lebih pagi dari biasanya aku yang sedang sarapan
segara berlari kelauar dan membawakan sarapan untuk pujaan hatiku.Entah kenapa hari ini aku merasakkan rindu yang amat
sangat padanya. Aku merindukkan tatapannya yang dalam, senyumnya yang memikat,
suaranya yang menyejukkan, dan candanya yang sangat bisa membuatku terpingkal-pingkal.
Aku seperti tidak mau berjauhan darinya. Seakan dia akan pergi jauh dan lama.
Akhirnya hubungan kami sudah berjalan selama 3bulan lamanya. Tetapi aku tidak
suka saat Fio sering sekali mengajak Adam pergi menonton teater, walaupun Adam
sudah memita ijin dan selalu mengabariku, aku tetap saja tidak suka pada Fio
karna dengan begitu ia punya kesempatan untuk berduaan dengan Adam.Mereka berdua pergi dengan sebuah mbil mewah berwarna
merah kepunyaan Fiona dan Adam yang mengendarainya. Aku tahu karna Adam selalu
mengabariku dimanapun ia dan Fio berada. Tapi mala mini berbeda, aku merasakan
perasaan yang tidak enak dan khawatir akan Adam dan Fiona. Larut malam ak
mendapatkan telfon dari nomor yan tidak aku kenal ternyat itu dari seorang
warga yang mengabari bahwa Adam dan Fiona mengalami kecelakaan parah didaerah
Bunderan HI. Betapa kagetnya aku, lalu aku meminta ijin ayahku untuk datang ke
rumah sakit yang disebutkan oleh sang saksi mata itu. Ayahku yang khawatir oleh
keadaan Fiona pun langsung mengganti baju tidurnya dengan kemeja. Kebetulan
ayah Fiona sedang berada diluar negeri untuk urusan bisnis jadi Ayah tak mau
membuat ayah Fiona khawatir disana.Ayah pergi ker tempat Fio dan aku menghampiri Adam.
Luka diwajah dan tangan Adam cukup parah. Adam sedang berada di keadaan yang
sangat kritis. Air mataku taj dapat ku tahan saat aku melihat Adam yang
tergolek lemah tak berdaya, tak ada lagi senyumannya yang memikat dan
tatapannya yang dalam hanya untukku. Seorang Polisi memberikan barang-barang
korban. Ku lihat ada handphone Adam.
Ku lihat pesannya yang belum terkirim ternyata sebelum kejadian Adam ingin
memberitahuku bahwa ada sekawanan perampok di lampu merah tempatnya berada. Aku
yang merasa bersalah tidak bisa menyalahkan diriku sendiri. Karna menurut
polisi Adam mencoba melarikan diri hingga dia ngebut dan masuk kedalam air
mancur bunderan HI itu.Ayah mencoba menenangkan aku dan mengijinkan aku untuk
tidak sekolah dulu untuk menjaga Fio dan Adam. Adam yang orangtuanya sedang
berada diluar negri segera aku kabari dan mereka baru tiba waktu makan siang
dan Adam belum sadar dari komanya. Fio yang sudah sadar sedari pagi langsung
menyadari bahwa ada aku yang menungguinya sejak malam. Ayah sudah berangkat ke
kantor. Fiona yang mencari ibu dan ayahnya langsung aku tenangkan dan aku
hubungi ibu Fio yang untungnya berkediaman tak jauh dari rumah sakit itu
langsung tiba 30 menit kemudian.Ayahku memang sengaja menyatukkan ruangan Adam dan
Fiona agar aku tidak sibuk mondar-mandir mengecek mereka berdua. Aku membiarkan
Fio menangis dipelukkan ibunya karena sedari tadi Fio tidak juga menyapaku aku
biarkan saja begitu. Sore hari setelah jam sekolah Lyla dan Angga datang
menjenguk Adam dan Fiona. Mella juga tak lupa untuk menjenguk sahabatnya itu.
Angga dan Lyla melihatku sangat sedih dan capek sekali menyuruhku untuk tiduran
di sofa empuk kamar VIP itu biar mereka saja yang menjaga Adam dan orangtuanya.
Papa dan Mama Adam seperti merestui hubungan kami berdua menyuruhku untuk
beristirahat agar aku juga tak ikut dirawat karna sakit.Sepulang ayah kerja beliau mampir kerumah sakit untuk
menjenguk Fio dan Adam tak lupa dibawakannya 2buah keranjang buah dan beberapa
box makanan yang dibelikannya untuk kami yang menunggui Adam dan juga Fio.
Memang ayahku ini baik sekali dan juga bijaksana. Seorang ayah yang berwibawa
tanpa beliau harus marah-marahpun aku sudah takut padanya. Bukannnya takut,
lebih ke segan. Ayahku mungkin masih terbilang tampan dengan umur yang sudah
memasukki kepala lima. Wajahnya yang terlihat selalu senyum menambahkan kesan
ramah diwajahnya.Pukul tujuh malam akhirnya Adam sadar juga dari koma
sambil memanggil-manggil namaku betapa terharunya diriku. Aku menangis bahagia
dan menghampiri pangeranku yang sedang tergulai lemah dan tak berdaya itu.
Kupegang erat tangannya tanpa berkata-kata lagi aku hanya memegang erat
tangannya kemudian dokter datang untuk memeriksa keadaanya. Kata dokter Adam
masih harus menjalani sebuah operasi untuk menjahit lukanya dan mengambil
beberapa pecahan kaca yang ada di bagian tangan dan badannya. Jika aku bisa
menggantikannya aku rela. Tak tega melihatnya harus menderita seperti ini.
Langsung saja Adam dibawa keruangan operasi. Dokter tak dapat menjamin apakah
dia bisa melakukannya atau tidak. Kami semua hanya bisa pasrah. Karna sudah
malam Angga dan Lyla pamit untuk pulang. Ayah tiri Fio pun begitu, dengan alas
an ingin menjaga adik tiri Fio dirumah juga mengambil baju-baju ibunya dirumah,
dia pun juga pamit.Hampir 3 jam kami menunggu diluar. Tak lupa sholat
isya dan mendo’akan Adam agar selamat dalam menjalani operasi pengeluaran
pecahan beling. Ayah menyuruhku pulang. Tapi aku tetap kekeh ingin menunggu
operasi itu selesai. Ayah menuruti kemauan ku lalu ayah pergi ke kantin rumah
sakit untuk membelikan cokelat panas kesukaanku. Dia tau hal itu bisa
menenangkan perasaanku walau hanya sekejap. 3 jam 30 menit sudah kami menunggu
hingga akhirnya sang dokter itu keluar untuk memberitahu bahwa Adam sudah tidak
ada. Dokter sangat menyesal dan meminta maaf. Aku yang langsung menjatuhkan
gelas berisi cokelat panas yang hanya tinggal setengah itu membuat lantai rumah
sakit kotor akan cokelat panas. Aku menangis dan tak petcay dengan kejadian
yang tak pernah kubayangkan.Seperti firasatku mengatakkan hal yang benar. Terjawab
sudah mengapa kemarin pagi aku merindukkan pujaanku. Merindukkan senyumnya,
candanya dan juga merindukkan sorot matanya. Seperti ingin mengatakan “Tuhan
apakah semua ini nyata? Atau hanya mimpi? Jika ini mimpi tolong bangunkan aku
segera dari sini. Jika ini sungguhan tolong tukar nyawaku dengannya. Aku mau
dia tinggal lebih lama. Tuhan aku merasa ini tak adil buatku. Aku begitu
mencintaimu Tuhan tapi kenapa kau mengambil orang yang aku sayangi begitu
cepat? Apakah ini menurutmu yang terbaik untukku. Apakah ini cerita hidup yang
kau pilihkan untukku? Mengapa harus seperti ini?” aku menangis tersedu-sedu.
Memeluk ayah dan membasahi kemejanya dengan airmataku. Sesak. Tak dapat
kurasakan udara yang harusnya terasa di hidung hingga paru-paruku. Aku sangat
terpukul akan kejadian itu. Fio hanya tertegun tak bereaksi.Dokter mengijinkan aku dan ibunda Adam untuk masuk
melihat Adam untuk yang terakhir kalinnya. Ibunda Adam yang terlihat lebih
tegar dibanding aku merangkulku hingga kedalam untuk melihat jenazah Adam. Dia tersenyum.
Wajahnya memancarkan sinarnya. Kulihat senyumannya yang tetap mempesona tetapi
kali ini jauh lebih indah. Aku tersenyum juga menandakkan aku mengikhlaskan
kepergianmu. Ku genggam tangannya dan aku merasakan sesuatu ditangannya.
Rupanya ada sepucuk surat guratannya yang terakhir dia menuliskan “selamat
hari jadi yang ke 4 bulan Karin. Aku masih mencintaimu..” walau tulisannya tak
begitu jelas, namun aku masih bisa mengerti arti dan maksud dari surat itu.Terharu rasanya. Memang seharusnya esok adalah hari
jadi kami yang ke 4, beruntungnya aku pernah menjadi separuh dirinya sebelum
dia tiada. Tuhan jika kau bersamanya saat ini tolong katakkan aku
merindukkannya dan tetap mencintainya seperti dia mencintaiku.Setelah dimandikkan jenazah Adam langsung dilarikkan
kerumahnya. Ayahku sengaja izin kerja untuk menemaniku seharian. Aku masih tak
percaya melihatnya saat ini. Dia yang biasa mengantarku pulang sekarang aku
yang mengantarnya pulang. Dia pernah bilang ingin menjadi bintang yang
paling terang untukku. Mungkin saat ini bintang yang terang itu telah kehabisan
sinarnya. Bintang itu telah redup. Meredupkan senyumnya, candanya, cerianya
bersama cahayanya. Semua teman – teman datang melayat Adam. Tak ada satupun
yang tidak menangis melihat kepergiannya yang begitu cepat. Fio yang ijin untuk
melayat Adam diijinkan oleh dokter.Barulah setelah sholat jum’at Adam dimakamkan, ibunya
mengijinkan aku untuk menciumnya untuk terkhir kalinya. Saat ku kecup keningnya
aku tak sanggup menahan airmataku. Sekarang Adam sudah tiada. Aku harus bisa
menjalani hari-hariku tanpa kehadiran Adam di hari-hariku. Aku mencoba bangkit
kembali. Setiap harinya aku selalu mengunjungi makam Adam sambil membawakan
seikat bunga mawar. Aku juga menceritakkan kejadian yang aku alami setiap
harinya, aku berharap ia menanggapinya seperti dahulu.Tuhan kutitipkan rinduku padanya lewat do’a dan alunan
ayat suci untukknya. Tuhan jaga dia buataku. Aku tak bisa berhenti tidak
merindukannya walau sehari. Adam, aku disini masih mencintaimu.
No comments:
Post a Comment